Thursday, August 31, 2006

Warming Up 2009

Oleh Jeffrie Geovanie
Direktur Eksekutif The Indonesian Institute

Pemilu 2009 memang masih jauh, tapi bagi yang punya ambisi untuk duduk di tampuk kekuasaan --termasuk yang ingin mempertahankan—rasanya sudah dekat. Maka wajar jika beberapa hari ini, di media massa (terutama di koran ini) sudah bermunculan nama-nama yang akan maju menjadi pasangan capres-cawapres, pada Pemilu 2009 nanti, sebut saja pasangan Jusuf Kalla-Sutiyoso, Megawati-Akbar Tandjung, Megawati-Ryamizard, dan lain-lain termasuk kemungkinan memperpanjang pasangan yang ada sekarang.

Dengan munculnya fenomena ini sejak jauh-jauh hari rakyat sudah bisa menimbang-nimbang, menilai siapa-siapa saja yang layak dipilih pada Pemilu mendatang. Sejak dini, rakyat sudah bisa mulai mentracking para calon pemimpin dengan cara melihat latar belakang kehidupan mereka, wawasan dan sikap mereka terhadap masalah-masalah kebangsaan, integritas pribadi dan kredibilitas moral, serta visi mereka menganai Indonesia kini dan mendatang.

Selain itu, dalam mentracking seorang calon pemimpin, harus juga mencakup masalah-masalah yang sifatnya sangat pribadi, seperti jumlah rekening bank, bagaimana kehidupan rumahtangganya, terutamanya sikapnya terhadap keluarga (istri dan anak-anaknya). Jangan lupa, banyak pemimpin yang pada mulanya tegas, punya integritas, tiba-tiba terpuruk karena korupsi yang dilakukan keluarganya. Atau dianya sendiri menjadi korup karena bujuk rayu istri dan anak-anaknya.

Mengapa kita harus tahu kepribadian seorang calon pemimpin sedetil-detilnya? Menurut guru besar filsafat dari Unversitas Harvard, Dennis F Thomson, karena pemimpin, terutama pejabat negara, akan “menguasai” warga negara melalui kebijakan-kebijakan politik yang ditempuhnya. Dia bukan warga negara biasa. Dia memiliki kewenangan untuk mengatur warga negara.

Maka sudah selayaknya bagi kita sebagai warga negara untuk mengetahui secara detail-termasuk masalah pribadinya-siapa pejabat negara yang akan menempuh kebijakan-kebijakan politik itu. Pengetahuan secara detail ini merupakan bagian dari garansi yang membuat warga negara menaruh kepercayaan pada pejabat negara yang akan atau telah dipilihnya.

Warga negara harus punya keyakinan bahwa pejabat negara yang dipilihnya benar-benar memiliki fisik yang sehat dan pribadi yang jujur. Harus ada jaminan bahwa pejabat negara tidak akan mempergunakan kekuasaan dan kewenangan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya.
Dalam perspektif inilah, munculnya nama-nama yang diprediksi akan maju menjadi capres-cawapres 2009 mendatang, menjadi sangat positif. Dengan begitu mudah-mudahan rakyat tidak memilih kucing dalam karung.

Ibarat orang mau main sepak bola, dibutuhkan pemanasan sebelum mesuk ke arena. Munculnya nama-nama itu juga bisa dianggap sebagai warming up menjelang 2009.